Selasa, 19 Maret 2019


KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Alamiah Dasar
Dosen pengampu : Septiana Wijayanti, S.Pd., M.Pd.





Penyusun :
1. Riski Fatmawati (1722100002)
2. Wahyu Novika Sari (1722100004)
3. Fitri Anggraeni (1722100029)
AKUNTANSI
EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makhluk hidup di dunia ini sangatlah beragam jenisnya, baik itu tumbuhan maupun hewan.Di lingkungan sekitar, kita dapat menemui berbagai jenis makluk hidup, seperti berbagai jenis hewan misalnya ayam, semut, sapi, dan sebagainya, berbagai jenis tumbuhan misalnya jeruk, mangga, pisang, dan tumbuhan lainnya yang ada disekitar kita.Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati.
Dari berbagai makhluk hidup yang banyak jenisnya, para peneliti mengklasifikan makhluk hidup ini .Adanya klasifikasi makhluk hidup ini dikarenakan adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anantomi, dan tingkah laku. Kegiatan pengklasifikasian makhluk hidup dilakukan bertujuan untuk mempermudah manusia dalam mengenal berbagai jenis hewan dan tumbuhan, juga mempermudah untuk memberikan penamaan terhadap suatu individu.
Makhluk hidup dari waktu ke waktu terus berkembang dan tersebar dimana-mana. Sebagai sesama makhluk hidup kita perlu mengetahui apa dan bagaimana keanekaragaman makhluk hidup yang ada di sekitar, karena itu perlu adanya pembahasan masalah keanekaragam makhluk hidup dan persebarannya untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang keanekaragam makhluk hidup yang ada.
Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan keaneragaman makhluk hidup?
2.      Bagaimana ciri-ciri dari makhluk hidup?
3.      Bagaimana keanekaragaman dan persebaran Manusia, Hewan dan Tumbuhan ?
4.      Bagaimana pengklasifikasian makhluk hidup?
5.      Bagaimana persebaran dan sejarah dari perkembangan makhluk hidup?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keaneragaman Makhluk Hidup
Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya.Dalam dunia biologi yang termasuk ke dalam golongan makhluk hidup adalah mikroorganisme seperti bakteri, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Berikut adalah pengertian makhluk hidup menurut para ahli:
1. Helena Curtis
Pengertian Makhluk Hidup menurut Helena Curtis (1975) adalah sesuatu yang bisa memanfaatkan energi dari lingkungannya dan merubahnya dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, bisa merespon bila ada rangsangan, bersifat homeostatis, kompleks dan terorganisir dengan baik, dapat bereproduksi atau berkembang biak serta dapat tumbuh dan berkembang.
2. Kimball
Pengertian makhluk hidup menurut Kimball (1983) adalah sesuatu yang memiliki lima cirri, yaitu dapat berevolusi, responsif, dapat bereproduksi, dapat melakukan metabolism, dan bersifat rumit.
3. Dwijoseputro
Pengertian makhluk hidup menurut Dwijoseputro (1998) adalah adalah sesuatu yang dapat melakukan metabolisme, dapat melakukan gerak, dapat tumbuh, dapat bereproduksi, dan responsif.
4. New Mexico Tech
semua makhluk hidup menampilkan tujuh karakteristik kehidupan, yaitu terdiri dari sel-sel, secara kompleks terorganisir, mengambil energi dan menggunakannya tidak hanya untuk merespon lingkungan, tetapi juga untuk tumbuh dan mempertahankan dirinya, memiliki kemampuan untuk mereproduksi, dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.


2.2 Ciri-ciri Makhluk Hidup
Makhluk hidup yaitu suatu subtansi zat yang dapat menjalankan suatu proses kehidupan. Ada pun yang di maksud dengan proses kehidupan atau ciri-ciri makhluk hidup adalah sebagai berikut :
a.   Bernafas
Makhluk hidup seperti bakteri, tumbuhan, manusia, dan hewan bernafas sesuai dengan alat pernafasannya masing-masing.Misalnya, manusia bernafas dengan paru-paru, dan ikan bernafa dengan insang.
b.  Dapat bergerak
Artinya pindah tempat maupun pergerakan bagian-bagian tubuh nya. Sebagai contohnya kuda dapt berlari menarik kereta, demikian juga cepatnya pergerakan kucing waktu menangkap tikus. Tetapi untuk tumbuh-tumbuhan pergerakannya sangat terbatas yaitu tidak dapat mengadakan pindah tempat, tetapi hanya merupakan pergerakan bagian tubuhnya saja, misalnya membuka kuncup bunga.
c.  Mempunyai fungsi metabolisme
fungsi metabolisme meliputi :
·         Nutrisi             : yaitu pengambilan zat-zat makanan dan sumber energi lain dari lingkungannya.
·         Respirasi          :yaitu menguraikan zat-zat nutrisi itu sehingga memperoleh energi.
·         Sintesis            :yaitu pembuatan molekul-molekul baru yang penting untuk hidup.
·         Ekskresi           : pengeluaran zat yang sudah tidak di perlukan.
d. Mempunyai fungsi mempertahankan jenisnya/hidupnya
fungsi ini terdiri dari :
·         Regulasi          : yaitu fungsi mengatur keserasian proses-proses yang berlangsung didalam tubuh makhluk hidup.
·         Reproduksi      :yaitu tumbuh dan berkembang biak.
·         Adaptasi          :yaitu fungsi menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
·         Evolusi            : yaitu suatu perubahan kehidupan menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses memakan waktu yang sangat lama.
e. Dapat mengadakan jawaban terhadap suatu rangsangan
Hal ini dapat digambarkan kita merasa sakit bila terkena duri. Disini duri merangsang tubuh sehingga jawaban dari tubuh kita adalah merasa sakit.
2.3 Keanekaragaman dan Persebaran Manusia, Hewan dan Tumbuhan
2.3.1 Manusia
Selama berpuluh-puluh tahun petunjuk satu-satunya dalam penelitian persebaran manusia purba adalah fosil-fosil dan artefak-artefak yang ditinggalkan dalam pengembaraan mereka. Penelusuran asal usul manusia seperti mendapatkan darah baru, setelah penerapan teknologi genetika dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mencari tahu hubungan kekerabatan antarpopulasi. Terobosan itu membuka pintu gerbang menuju pengungkapan cikal-bakal manusia modern atas dasar persamaan genetik.
Setiap tetes darah manusia berisi buku sejarah yang ditulis dalam bahasa genetika. Kode-kode genetika manusia atau genom, adalah 99,9 persen identik di seluruh dunia. Selebihnya ialah DNA yang bertanggungjawab terhadap perbedaan individual, seperti warna mata, resiko penyakit, dan beberapa DNA yang tidak begitu jelas fungsinya.
Suatu ketika dalam perubahan genetika yang langka, mutasi acak dan tidak berbahaya dapat terjadi dalam salah satu DNA yang tak berfungsi tersebut, yang kemudian diwariskan ke semua keturunan orang itu. Namun, mutasi-mutasi yang memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria (mtDNA), yang diteruskan utuh dari ibu ke anak. Demikian juga sebagian besar kromoson Y, yang menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Berdasarkan penelitian mtDNA dari berbagai populasi, para ilmuwan menyimpulkan, bahwa manusia modern sekarang ini semua merupakan satu keturunan dari satu nenek moyang ("Hawa" mitokondria). Hawa mitokondria segera bergabung dengan "Adam kromosom Y". Semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria melalui rantai para ibu yang tak terpatahkan.
Oleh karena itu, DNA Mitokondria dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah asal usul dan persebaran manusia dari sisi ibu (maternal). Orang-orang di dari berbagai belahan dunia memiliki garis keturunan berbeda, tetapi mereka mtDNA dan kromoson Y purba yang setara. Untuk mempelajari persebaran manusia purba/ penelitian DNA mitokondria ini menggunakan sumber genetik yang dapat bertahan dalam waktu lama, yaitu tulang-belulang yang sudah menjadi fosil.
Kesimpulan itu membuka cakrawala baru bahwa manusia modern bukanlah keturunan dari manusia purba semacam Homo Sapiens yang hidup 500.000 tahun lalu, atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo Habilis (2,5-1,6 juta tahun lalu), Homo Ergaster (1/8-1,4 juta tahun lalu), dan Homo Erectus (1,5 juta tahun lalu).

Ø  Daerah Asal Manusia
Pada pertengahan tahun 1980-an Allan Wilson dan rekan-rekan di University of California, Barkeley, menggunakan mtDNA untuk mengidentifikasikan tempat asal nenek moyang umat manusia. Mereka membandingkan mtDNA dari wanita-wanita di seluruh dunia dan menemukan bahwa wanita-wanita keturunan Afrika menunjukkan keanekaragaman dua kali lebih banyak daripada kaum wanita lain.
Max Ingman, doktor genetik asal Amerika Serikat mengungkapkan hal senada dengan pendapat bahwa manusia modern berasal dari salah satu tempat di Afrika antara kurun waktu 100 - 200 ribu tahun lalu. Dari situ moyang manusia masa kini itu lantas menyebar dan mendiami tempat-tempat di luar Afrika. Gen manusia modern ini tidak bercampur dengan gen spesies manusia purba.
Sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun silam, satu gelombang kecil manusia yang mungkin hanya berjumlah seribu orang dari Afrika menuju pantai-pantai Asia bagian Barat. Ada dua jalur tersedia menuju Asia. Pertama mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara lewat Levant. Namun, jalur yang satunya juga mengundang untuk dijelajahi, yaitu melintasi Laut Merah. Pada saat itu (70.000 tahun yang lalu) bumi memasuki zaman es terakhir dan permukaan laut menjadi lebih rendah karena air tertahan dalam gletser. Pada bagian tersempit di muara Laut Merah hanya berjarak beberapa kilometer. Dengan menggunakan perahu primitif, manusia modern dapat menyeberangi laut untuk pertama kalinya.
Setelah berada di Asia, bukti genetis memperkirakan populasi terpecah. Satu kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sementara kelompok lain menyusuri pantai sekitar Semenanjung Arab, India dan wilayah Asia yang lebih jauh. Setiap generasi mungkin bergerak hanya beberapa kilometer lebih jauh.
Para pengembara telah mencapai Australia Barat Daya 45.000 tahun lalu. Hal ini terbukti dengan penemuan fosil seorang pria di Lake Mungo. Fosil-fosil lain yang belum terungkap di dalam tanah mungkin berusia lebih tua yaitn sekitar 50.000 tahun yang lalu. Hal ini menjadi bukti paling awal manusia modern yang berada jauh dari Afrika.
Tidak ada jejak fisik berupa fosil orang-orang ini sepanjang sekitar 13.000 kilometer dari Afrika ke Australia. Semua mungkin sudah lenyap saat air laut naik sesudah zaman es. Namun jejak genetika berlangsung terus. Beberapa kelompok pribumi pada kepulauan Andaman dekat Myanmar, Malaysia dan Papua Nugini, serta orang Aborigin di Australia memiliki tanda garis keturunan mitokondria purba.

Ø  Kondisi Alam Indonesia
Konon pada zaman es, wilayah kita terbagi menjadi dua bagian. Wilayah barat yang disebut Paparan Sunda menjadi satu dengan Asia Tenggara kontinental. Paparan ini meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra dan menjadi satu dengan daratan Asia Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang luas. Wilayah timur yang disebut Paparan Sahul menjadi satu dengan Benua Australia. Wilayah yang terletak di antara Paparan Sunda dan Sahul itu meliputi Kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kawasan ini kelak, oleh Wallacea disebut penyaring bagi fauna (bahkan manusia) di kedua daratan. Karenanya, tipe fauna di kedua daratan cenderung berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan dukungan iklim serta suhu yang baik, evolusi tumbuhan dan hewan (termasuk Primates) bisa berlangsung.
Pada masa itu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai daerah dengan mobilitas yang cukup tinggi. Jalur Indonesia-kontinen Asia bisa mereka tempuh melalui rute darat, begitu pula dengan Indonesia-Australia. Peralatan batu yang ditemukan di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara serta di Filipina, mungkin bisa digunakan untuk merunut kehidupan Pithecanthropus yang tinggal di kawasan ini. Kemudahan komunikasi itu memungkinkan mereka untuk mengadakan migrasi ke dalam dua arah yang berlawanan.
Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan manusia, saat es mulai mencair. Karena air laut menjadi lebih tinggi dan menutupi bagian-bagian rendah dari kedua paparan, maka membentuk pulau-pulau baru yang saling terpisah. Dampaknya adalah kelompok-kelompok manusia itu menjadi tercerai-berai dan hidup di dalam pulau-pulau yang saling berlainan.
Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga memungkinkan faktor-faktor evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek perintis untuk bekerja. Hasilnya adalah populasi baru yang mungkin sekali berbeda dengan induknya. Mungkin karena faktor hibridisasi yaitu pembauran gen atau perjodohan antara dua golongan makhluk hidup. Mungkin pula karena pigminasi yaitu proses pengerdilan individu sebagai akibat adanya seleksi alam dan terbatasnya bahan makanan untuk populasi yang semakin bertambah. Proses inilah yang antara lain mengakibatkan mengapa manusia purba yang ditmukan di kawasan Sangiran berbeda dengan yang ditemukan di Flores pada tahun 2004.

Ø  Jenis Manusia Purba di Indonesia
Tengkorak manusia purba cenderung lebih kecil namun memanjang, rahangnya tebal namun tidak berdagu serta tidak mempunyai dahi. Perbandingan semacam ini bisa kita peroleh setelah kita menganalisis serangkaian penemuan fosil, baik yang berupa tengkorak maupun tulang-tulang anggota badan lainnya.
Data-data tentang hasil budayanya itu bisa kita peroleh setelah kita menganalisis fosil yang berwujud beragam bentuk peralatan yang diduga pernah mereka gunakan. Lalu, untuk menentukan usia fosil itu kita harus menganalisis lapisan bumi di ' mana fosil itu ditemukan, tentu dengan bantuan ilmu Geologi. Dengan cara inilah, kita sekarang bisa mengklasifikasi jenis dan budaya manusia purba di Indonesia.
Penemuan manusia purba di Indonesia terjadi pada akhir abad XIX. Bermula dari dugaan Eugene Dubois bahwa manusia purba, monyet, dan kera itu biasanya hidup di daerah tropis, karena iklimnya tidak banyak mengalami perubahan. Ada tiga dasar teori yang digunakan Dubois sebagai acuan. Teori pertama, bahwa pencarian missink link dalam evolusi manusia berasal dari daerah tropik. Alasannya, berkurangnya rambut pada tubuh manusia purba hanya bisa terjadi pada daerah tropika yang hangat. Teori kedua, Dubois mencatat bahwa dalam dunia binatang, umumnya mereka tinggal di daerah geografis yang sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, hewan yang paling mirip dengan manusia adalah kera besar. Oleh karena itu, Dubois menduga bahwa nenek moyang kera besar mempunyai hubungan kekerabatan (kinship) dengan manusia. Teori ketiga, Dubois percaya bahwa Asia Tenggara merupakan asal usul manusia. Alasannya, di sana ada orang utan dan siamang.
Penelitian pun dilakukan oleh sejumlah peneliti luar negeri di berbagai tempat. Secara umum penelitian itu terbagi menjadi tiga tahap yaitu periode 1889-1909, periode 1931-1941, serta periode 1952 sampai sekarang. Dunia ilmu pengetahuan (terutama Palaeoantropologi dan ilmu Hayat) menjadi gempar saat tahun 1889 Dubois berhasil menemukan sejumlah fosil atap tengkorak di Wajak, Tulungagung, Kediri, yang kemudian diikuti dengan penemuan-penemuan lain di Kedungbrubus dan Trinil. Fosil itu disebut dengan Pithecanthropus erectus.
Namun sayangnya, sebagian besar fosil tersebut kini tersimpan di Leiden, Belanda. Fosil lain berhasil ditemukan oleh ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald di Ngandong, Blora, antara tahun 1931-1933, berupa tengkorak dan tulang kering yang disebut Pithecanthropus soloensis. Pada tahun 1936-1941, von Koenigswald kembali berhasil menemukan fosil rahang dan gigi yang bemkuran besar serta tengkorak manusia purba di Sangiran, yang kemudian disebut Meganthropuspalaeojavanicus. Selanjutnya, penelitian pascakemerdeka-an banyak melibatkan ahli-ahli Indonesia, terutama di kawasan Sangiran. Berikut ini adalah jenis manusia purba di Indonesia.

A.  Meganthropus atau Manusia Raksasa
Meganthropus berasal dari kata mega yang berarti besar dan anthropus yang berarti manusia. Memang, apabila fosil makhluk itu kamu amati, pasti kamu akan terperangah: besar rahang bawahnya melebihi rahang gorila laki-laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang bawah, ra­hang atas,''serta gigi-gigi lepas di­temukan oleh von Koenigswald di Pucangan tahun 1936-1941, dalam lapisan bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut Meganthro­pus Paleojavanicus atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di Kabuh tahun 1952. Namun, sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa kesulitan untuk menempatkan Meganthropus di dalam evolusi manusia. Apakah tergolong Pithecanthropus, Homo, atau Australopithecusl. Pakar palaeoan-tropologi kita, Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat bahwa Meganthropus me-rupakan bentuk khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus. Alasan teorinya adalah ia berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an alam'pada masa tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu di­temukan bersama-sama dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropus baru bisa terbuka.
B.  Pithecanthropus atau Manusia Kera
Pithecanthropus berasal dari kata pithekos yang berarti kera dan anthropus yang berarti manusia. Kebanyakan fosil jenis inilah yang berhasil ditemukan di Indonesia. Mereka hidup pada zaman pleistosen awal, tengah, dan akhir. Makhluk ini mempunyai ciri-ciri tinggi badannya 165-180 cm, tubuh dan badannya tegap, gerahamnya masih besar, rahangnya kuat, tonjolan kening tebal (melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis), tonjolan - belakang kepalanya nyata, belum berdagu, serta berhidung lebar. Volume otaknya berkisar antara 750 sampai 1.300 cc.
Makhluk jenis Pithecanthropus juga ditemukan di kawasan yang lain. Di Cina Selatan ditemukan Pithecanthropus lautianensis dan di Cina Utara disebut Pithecanthropus Pekinensis. Mereka hidup 800.000 hingga 500.000 tahun yang lampau. Makhluk sejenis juga ditemukan di Tanzania, Kenya, dan Aljazair di Afrika, serta di Eropa seperti di Jerman Barat, Jerman Timur, Prancis, Yunani, dan Hongaria. Namun, kebanyakan ditemukan di Indonesia. Ada beberapa jenis manusia purba yang tergolong ke dalam Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut.
   1)  Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto)
Jenis ini diduga merupakan manusia purba tertua yang ada di Indonesia dan di­temukan tahun 1936 di Pucangan serta Mojokerto, berupa tengkorak anak-anak berusia 6 tahun. Isi otaknya berkisar 650 cc. Fosil ini ke-mudian disebut Pithecan­thropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus (robustus artinya besar). Dari hasil penelitian, bisa di-simpulkan bahwa makhluk ini hidup pada 2,5 sampai 1,25 juta tahun yang lampau. Makhluk ini mempunyai spesifikasi: berbadan tegap, tonjolan keningnya tebal, tulang pipinya kuat, dan mu-kanya menonjol ke depan. Makhluk ini hidup bersama-an dengan Meganthropus, namun sulit menghubung-kan evolusi keduanya.
2)  Pithecanthropus Erectus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak)
Jenis ini merupakan generasi kedua manusia purba di Indonesia. Yang fenomenal dari jenis ini adalah selain fosilnya ditemukan paling awal, juga memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas. Fosil jenis ini terdiri atas atap tengkorak, tulang paha, serta beberapa fragmen tulang paha yang ditemukan di Trinil tahun 1891. Fosil ini merupakan kepunyaan laki-laki dengan isi otak kira-kira 900 cc. Dari penelitian terhadap tengkoraknya, Dubois member! nama Pithecanthropus atau manusia kera dan dari tulang pahanya ia member! nama erectus atau berjalan tegak. Tidak kurang dari 23 jenis fosil berhasil ditemukan di berbagai daerah di kawasan Sangiran. Maka, tidak aneh bila fakta dan cerita tentang kehidupan Pithecanthropus lebih banyak kita peroleh dibandingkan dengan manusia purba dari jenis yang lain. Misalnya, makhluk ini hidup sekitar sejuta hingga setengah juta tahun yang lalu, mempunyai tinggi badan 160-180 cm dengan berat badan 80 sampai 100kg.                                             
 Yang membedakan Pithecanthropus erectus dengan Pithecanthropus  Mojokertensis adalah besar isi tengkorak, tebal atap tengkorak, bentuk tonjolan belakang kepala dan tonjolan kening, serta daerah telinga. Dari fosi1 Pithecanthropus orectus yang berhasil ditemukan, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Diduga jenis perempuannya banyak yang meninggal saat kehamilan dan persalinan.
3).  Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Nama Pithecanthropus soloensis diberikan oleh ilmuwan kita Prof. Dr. Teuku Jacob setelah meneliti 14 jenis fosi1 dari Desa Ngandong di Lembah Bengawan Solo sebelah utara Trinil. Jenis ini merupakan generasi ketiga manusia purba di Indonesia. Dari penemuan fosil yang ada di Sangiran dan Sambungmacan, makhluk ini mempnnyai ciri khas: volume otak 1.000 sampai 1.300 cc, tengkoraknya lonjong, tebal dan masif, tonjolan keningnya cukup nyata, dahinya lebih terisi, serta tengkoraknya lebih tinggi dibanding kedua manusia terdahulu. Tanda-tanda yang lain adalah akar hidungnya lebar dan rongga matanya sangat panjang, tinggi badannya 165 sampai 180 cm, serta tulang keringnya tegap. Dari identifikasi ini bisa disimpulkan bahwa meskipun letak kepalanya di atas tulang belakang, namun belum seperti letak kepala manusia saat ini.
Pithecanthropus soloensis yang hidup kira-kira 900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu itu, secara evolutif lebih dekat dengan Pithe­canthropus Mojokertensis dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Para ilmuwan menduga bahwa kedua makhluk itu memang mem-punyai kaitan dalam hal evolusi. Yang membedakannya dengan ke­dua manusia purba terdahulu adalah besarnya tengkorak, tonjol­an kening, dan tonjolan belakang kepala, daerah telinga dan daerah hidung. Hanya saja, volume otaknya semakin bertambah, demikian pula otak kecilnya. Kamu tentu mengetahui apa dampak yang muncul di balik berkembangnya volume otak ini. Dengan otak yang semakin berkembang itu, Pithecanthropus Soloensis mulai menemukan dan mempunyai cara hidup yang baru. Perubahan inilah yang menyebabkan berkembangnya kebudayaan manusia-manusia purba di Indonesia. Oleh karena itu, ada beberapa ahli yang mengelompokkan Pithecanthropus Soloensis ini ke dalam kelompok Homo Neandertalensis. Bahkan, ada pula yang memasukkan-nya ke dalam kelompok Homo Sapiens. Namun, sejauh ini para ilmuwan belum mencapai kesepakatan.

C.  Homo ( Manusia)
Jenis Homo ini mulai mendekati dengan bentuk manusia. Hidup pada zaman pleistosen muda. Sementara itu, dari serangkaian fosi1 yang ditemukan diduga mereka hidup 200.000 tahun yang lalu. Selain banyak jumlahnya dan ditemukan di berbagai tempat, fosilnya tidak hanya berupa tengkorak melainkan juga berupa kerangka yang lengkap. Ada beberapa jenis manusia purba dari kelompok Homo ini, antara lain sebagai berikut.
1).  Homo Neandertalensis (Manusia dan Lembah Neander)
Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Sungai Neander dekat Kota Dusseldorf, Jerman. Fosil sejenis juga ditemukan di Francis, Belgia, Jerman, Italia, Yugoslavia, serta berbagai negara di Eropa. Di Palestina, fosil itu ditemukan di Gua Tabun dekat Mount Carmel, sehingga disebut HomoPalestinensis. Semula, makhluk ini hanya dianggap sebagai evolusi manusia yang kandas. Namun, setelah penemuan Homo neandertalensis, para ilmuwan sepakat bahwa makhluk ini merupakan nenek moyang salah satu ras manusia.
Yang cukup mengagumkan dari pe­nemuan fosil-fosil ini adalah ditemukan-nya beragam peralatan batu dan sisa-sisa kebudayaan lama di dekat lokasi fosil. Hal itu menunjukkan, bahwa tingkat kehidupan mereka sudah akrab dengan kebudayaan. Bahkan, di Eropa sering ditemukan bekas-bekas api di sekitar penemuan fosil, yang diduga sebagai solusi atas dinginnya iklim di daerah Glasial. Dari penelitian terhadap peralatan yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa mereka sudah berburu. Peralatan batu selain digunakan untuk senjata juga digunakan untuk memotong.
     2).  Homo Sapiens (Manusia Sekarang)
Generasi pertama dari manusia sekarang mula-mula hidup pada lapisan pleistosen muda atau zaman glasial terakhir (sekitar 80.000 tahun yang lampau). Mulai saat itu, tidak ditemukan lagi makhluk-makhluk dari dua jenis terdahulu. Karena sejak zaman holosen, fosil manusia yang berhasil ditemukan menunjukkan perbedaan empat ras pokok yang saat itu ada di muka bumi.
2.3.2 Hewan ( Fauna )
Persebaran Fauna di Dunia
            Umumnya hewan terbesar secara terbatas pada daerah tertentu karena adanya berbagai penghalang atau karena sejarah pada zaman dahulu. Umumnya yang menjadi penhalang dan permisahan persebaran hewan adalah faktor-faktor fisik yang berhbungan dengan ke adaan bumi.faktor-faktor tersebut antara lain laut, gunung, sungai, padang pasir, dan iklim.
Wilayah pesebaran hewan pertama kali diperkenalkan oleh sclater ( 1858 ), selanjutnya dikembangkan oleh Huxley ( 1868 ) dan oleh Wallace ( 1876 ). Menurut Alfret Russel Wallace, persebaran fauna di dunia di kelompokan menjadi enam wilayah, yaitu Neartik, Australis, Oriental, Paleartik, dan Etiopian.

Ø  Fauna Ethiopian
Wilayah persebaran fauna Ethiopian meliputi seluruh Benua Afrika, Kepulauan Madagaskar, dan Semenanjung Arabia. Ciri khas hewan tipe ethiopian sebagian besar adalah mamalia dan bertubuh besar.
Hewan yang khas daerah ini adalah: gajah Afrika (Loxodonta africana), badak Afrika putih bercula dua (Cerathoterium simum), gorila (Pongo pygmeus), baboon (papio Anubis), simpanse (Pan troglodytes), jerapah (Giraffa camelopardalis). Mamalia padang rumput seperti zebra (Equus zebra), antilope, kijang, singa  (Panthera leo), harimau Afrika (Panthera pardus pardus), dan mamalia pemakan serangga yaitu trengiling (Manis javanica). Mamalia endemik di wilayah ini adalah Kuda Nil (Hippopotamus amphibius) yang hanya terdapat di Sungai Nil,Mesir. Namun di Madagaskar juga terdapat kuda Nil namun lebih kecil.

Ø  Fauna Oriental.
Hewan-hewan yang terdapat di wilayah ini memiliki karakteristik yang cukup mirip dengan fauna tipe Ethiopian karena sama-sama terletak di wilayah tropis. Wilayah perbesaran fauna tipe oriental meliputi Asia Tenggara, Indonesia Barat, Asia Selatan, dan sebagian wilayah Asia Timur.
Hewan yang khas wilayah ini adalah harimau (Panthera tigris), orang utan (Pongo pygmeus), gibbon (Hylobates muelleri), rusa (Cervinae sp), banteng (Bos javanicus), dan badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus). Hewan lainnya adalah badak bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis), gajah (Elephas maximus sumatranus), beruang madu (Helarctos malayanus), antilop berbagai jenis reptil, dan ikan.          
Adanya jenis hewan yang hampir sama dengan wilayah Ethiopian antara
lain kucing, anjing, monyet (Macaca fascicularis), gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
Ø  Fauna Australis.
Wilayah persebarannya meliputi seluruh Benua Australia, Selandia Baru, Kepulauan-Kepulauan Pasifik (Oceania), dan wilayah Indonesia Timur. Beberapa jenis hewan yang termasuk dalam tipe Australis antara lain kanguru, burung cendrawasih, kakaktua, kiwi, koala, platipus, dan beberapa jenis hewan berkantung (marsupial).
Beberapa hewan khas wilayah ini adalah kanguru (Dendrolagus pulcherrinus), kiwi dari genus Apteryx, koala (Phascolarctos cinereus). Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini sepertiburung cendrawasih (Paradisaea rudolphi), burung kasuari (Casuarius casuarius), burung kakaktua (Cacatua moluccensis), dan betet (Psittacula Alexandri). Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura ( Cuora amboinensis), ular phyton (molurus bivittatus).
Ø  FaunaNeotropika
Meliputi wilayah beriklim tropis dan sedang di Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Hewan endemiknya adalah ikan Piranha (Pygocentrus nattereri) dan Belut listrik (Electrophorus electricus) di Sungai Amazone,Llama (Lama glama) sejenis unta di padang pasir Atacama (Peru),  dan kera hidung merah.
Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna Vertebrata karena jenisnyayang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet, trenggiling (Manis javanica),beberapa jenis reptil seperti buaya meksiko (
Crocodylus moreletii), ular, kadal (Draco volans), beberapa spesies burung, dan ada sejenis
kelelawar penghisap darah.

Ø  Fauna Neartik   
Meliputi wilayah Amerika Utara dan Greenland yang sebagian besar beriklim sedang hingga dingin. Beberapa jenis fauna yang hidup di zona ini antara lain bison, kalkun liar, antelop, kambing gunung, tupai, salamander, rakun, dan sebagainya.

Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar (Numida meleagris), tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison Amerika (Bison bison), muskox, caribau (Rangifer tarandus), domba gunung, Salamander (Andrias davidianus), Tupai (Tupaia javanica).
Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearktik seperti: kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.

Ø  Fauna Paleartik
Meliputi wilayah Eropa, Eurasia, Himalaya, Afganistan, dan Persia.
Beberapa jenis fauna Paleartik: 
hewan
endemik:  yaitu Panda  (Ailuropoda melanoleuca)  di Cinahewan yang terbatas penyebarannya (binatang kutub) seperti rusa Kutub (Rangifer tarandus), kucing Kutub, dan beruang Kutub (Ursus maritimus).hewan khas berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus (Rattus norvegicus), berbagai spesies anjing (Canis familiaris), kelelawar (Cyneptorus sp). Bajing (Callosciurus notatus), dan kijang (Muntiacus muntjak) telah menyebar ke wilayah lainnya. FaunaAntartik
Sesuai namanya, zona antartik meliputi seluruh wilayah Antartika (Kutub Selatan) yang beriklim dingin. Beberapa contoh hewan yang terdapat di wilayah ini antara lain pinguin, beberapa jenis ikan, rusa kutub, anjing laut, dan lain-lain.

2.3.3 Tumbuhan ( Flora )
Jenis persebaran flora di dunia dapat dibagi dalam dua kelompok besar yakni jenis persebaran flora di darat dan jenis persebaran flora di air atau sering kita sebut sebagai bioma. Apa itu bioma? bioma merupakan sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu di permukaan bumi.
A. Persebaran flora di darat
Komunitas organisme tumbuhan di darat dapat kita bagi menjadi tiga macam berdasarkan perubahan naik garis lintang (yang berarti terjadi penurunan temperatur) dalam pembagian mintakat (zona) temperatur. Adapun tiga macam komunitas tumbuhan tersebut antara lain hutan, padang rumput dan gurun. Nah, setiap jenis komunitas tumbuhan tersebut masih dapat kita bagi lagi menjadi beberapa jenis komunitas. Anda dapat melihat jenis komunitas (beserta pembagiannya) dan kondisi iklimnya pada tabel di bawah ini.

1. Hutan hujan (Rainforest)
Hutan hujan (Rainforest) yaitu hutan yang selalu hijau di sepanjang tahunnya. Hutan ini memiliki peran yang sangat penting dalam mensuplai oksigen atau dikenal dengan istilah sebagai paru-paru dunia. Nah, hutan ini memiliki dua macam tipe yakni hutan hujan tropis dan hutan hujan iklim sedang.
a. Hutan hujan tropis (tropical rainforest) Hutan hujan tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis yaitu terletak diantara garis lintang utara (10° LU) sampai garis lintang selatan (10° LS). Daerah tersebut antara lain asia tenggara, australia bagian utara, afrika tengah (Zaire, Congo, Gabon, Nigeria, Kenya) dan amerika selatan. Hutan ini selalu dihujani air dalam jumlah banyak sehingga memiliki persediaan air yang cukup. Rata-rata tumbuhannya berukuran besar, tinggi, berdaun lebat dan memiliki umur yang panjang sehingga komunitas pepohonan di hutan ini menjadi lebih kompleks.
Tingginya pepohonan yang dapat mencapai 20 meter hingga 40 meter serta lebatnya dedaunan menyebabkan perubahan iklim mikro di bawahnya. Pada bagian atas pohon bisa mendapatkan energi matahari yang cukup namun pada bagian bawahnya hingga sampai permukaan tanah sangat sulit untuk mendapatkan energi dari cahaya matahari. Hal ini menyebabkan udara menjadi lembab dengan suhu yang lebih rendah sekitar 18-25ºC. Selain pepohonan yang tinggi, tumbuhan yang hidup di hutan ini antara lain tumbuhan perdu (ketinggian kurang dari 6 meter seperti jahe, temulawak, kunyit dll), teratai, enceng gondok, rotan, lumut, jamur, paku-pakuan dan berbagai jenis anggrek.
b. Hutan hujan iklim sedang (temperate rainforest) atau hutan taiga
Hutan hujan jenis ini terdapat pada daerah yang beriklim sedang yakni antara 23°30’–66°30′ LU dan 23°30’–66°30′ LS seperti rusia, kanada utara-tengah, Eropa dan siberia. Jika dilihat keaneragaman floranya, maka jenis flora yang dapat hidup di daerah ini jauh lebih sedikit daripada jenis flora yang hidup di hutan hujan tropis. Hal ini dikarenakan sangat jarang jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah dingin. Persebaran flora di hutan ini didominasi oleh tanaman taiga seperti pinus, cemara, tusam, balsam, konifer, spruce (picea), alder (alnus), birch (betula) dan juniper (juniperus).
2. Hutan gugur atau hutan peluruh atau hutan musim
Hutan gugur juga banyak terdapat di daerah yang beriklim sedang dengan memiliki empat macam musim. Daerah ini misalnya di Amerika Utara, Asia Timur dan Eropa. Jika dibandingkan dengan hutan hujan, maka hutan gugur memiliki jumlah spesies tumbuhan yang lebih sedikit, selain itu kerapatan pohonnya juga lebih besar atau jaraknya lebih renggang.
3. Padang rumput (Grassland)
Padang rumput terdapat pada daerah tropis dan subtropis (iklim sedang) yang memiliki curah hujan sekitar 250 – 500 mm tiap tahunnnya. Padang rumput yang ada di daerah tropis dinamakan tropical grassland atau padang rumput tropis sedangkan padang rumput yang ada di daerah beriklim sedang dinamakan temperate grassland atau padang rumput iklim sedang.
a. Padang Rumput Tropis (Sabana atau illanos) Sabana merupakan lahan berumput namun di sana sini masih ditumbuhi beberapa pepohonan. Nah, sabana ini terletak di daerah dengan curah hujan 50–130 cm/tahun dimana peristiwa hujan hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Daerah dengan intensitas curah hujan yang sedikit ini mengakibatkan tumbuhan besar sulit untuk hidup sehingga tumbuhan yang mampu hidup hanyalah tumbuhan kecil. Adapun negara yang memiliki padang rumput ini antara lain Afrika, Australia, Amerika Selatan, sebagian wilayah India dan sebagian kecil wilayah Indonesia. Tiap sabana di suatu wilayah bisa memiliki jenis tumbuhan yang berbeda. Di Afrika, flora yang hidup antara lain rumput bermuda, pohon baobab, rumput gajah, akasia, eboni dan cadelabra. Di Australia, flora yang hidup antara lain kasuarina, ekaliptus, pohon botol dan pohon rumput. Sedangkan di Amerika, flora yang hidup antara lain fern, bromelia, carnivorous sp, guacamaya dan pentamierista (Eni Anjayani, Hal.16).
b. Padang Rumput Iklim Sedang (Stepa atau veldt atau prairie atau pampa atau puszta) Padang rumput iklim sedang atau stepa berbeda dengan sabana dimana di daerah ini sama sekali tidak ada tumbuhan besar yang bisa hidup melainkan hanya rumput ilalang. Adapun daerah yang memiliki stepa antara lain Afrika selatan, rusia, hongaria, amerika bagian selatan dan amerika bagian utara.
4. Gurun
Di gurun, tumbuhan yang mampu hidup adalah tumbuhan berdaun kecil atau tidak berdaun, memiliki duri serta memiliki akar yang panjang sehingga mampu mencari air dalam radius yang lebih luas serta dapat menyimpan air lebih banyak di jaringan spon. Nah, daerah gurun ini banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang rumput.Curah hujan di gurun sangatlah rendah sekitar 250 mm/tahun dan bila pada musim kemarau tiba, suhunya bisa mencapai lebih dari 40ºC. Cuaca yang sangat ekstrem ini mengakibatkan hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang mampu hidup di daerah ini. Adapun jenis flora tersebut antara lain berbagai spesies kaktus, pohon boojum, pohon kurma.
B. Persebaran flora di air
1. Habitat air tawar atau Biocycle Air Tawar meliputi kolam, danau, sungai dan rawa. Jenis flora yang hidup di daerah ini meliputi eceng gondok, teratai dan aneka jenis alga. Pada umumnya tumbuhan air memiliki daun yang sangat tipis dengan kloroplas di dalam sel epidermisnya dimana hal ini berfungsi untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis. Selain itu, biasanya tanaman air juga tidak memiliki rambut akar sehingga penyerapan air dapat di minimalisir.
2. Habitat air pantai menghasilkan jenis flora yang menjalar dengan geragih yang panjang dan berakar besar. Tumbuhan yang hidup di daerah ini dituntut bisa menghadapi terpaan angin dan gelombang yang sangat besar serta mampu hidup di daerah berpasir. Adapun jenis flora yang biasanya hidup di tempat ini antara lain ubi, rumput angin, bakung pantai, pandan pantai dan sebagainya.
3. Habitat air laut atau Biocycle Air Asin dibedakan menjadi dua macam yakni fotik dan afotik. Fotik merupakan daerah yang cukup dalam mendapatkan energi dari cahaya matahari sedangkan afotik merupakan daerah yang kurang dalam mendapatkan energi dari matahari. Jenis flora yang hidup di daerah fotik yakni jenis rumput-rumputan sedangkan daerah afotik biasanya berupa phytoplankton.

2.4 Pengklsifikasian Makhluk Hidup
2.4.1 Sejarah Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris.Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah:
a)      Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki,
b)      Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain,
c)      Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup,
d)      Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama.
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain:
a)      Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam,
b)      Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antar jenis makhluk hidup,
c)      Klasifikasi memudahkan komunikasi Para ahli biologi masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah.
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.
2.4.2 Sistem Klasifikasi
Para ahli pengetahuan dalam mengklasifikasikan organisme hidup dengan cara memberi nama dua kata pada setiap spesies (hewan atau tanaman ). Kata pertama adalah genus dimana huruf pertamanya harus ditulis dengan huruf besar dan kata yang kedua adalah petunjuk spesies (ephiteton specificum).
Contoh :
-          Homo adalah nama genus
-          Sapiens adalah petunjuk spesies
-          Sedangkan homo sapiens adalah spesies yaitu spesies yang terjadi dari dua kata.
Spesies adalah kumpulan tanaman atau hewan yang mempunyai banyak persamaan dan dapat saling mengadakan perkembangbiakan. Kumpulan dari spesies yang memepunyai banyak persamaan disebut familia.
2.5 Persebaran dan Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
2.5.1 Persebaran Makhluk Hidup
Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Organisme/Makhluk Hidup
1.        Lingkungan
Dua faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah faktor abiotik/tidak hidup (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik/ higup (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme)
2.        Sejarah Geologi
Saat dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea, kira-kira 200 juta tahun lalu, suatu spesies berada dalam pada daerah dan bentuk yang sama. Kemudian seiring berjalannya waktu benua-benua mulai memisahkan diri.
3.        Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).

2.5.2 Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut suatu teori, organisme yang beraneka ragam saat ini adalah hasil dari proses evolusi kehidupan. Yang dimaksud dengan evolusi kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi bentuk kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Teori tersebut menyatakan bahwa organisme yang mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal, dan organisme ini bersel dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal tersebut sekarang berkembang menjadi organisme bersel banyak.Salah satu dugaan menyatakan bahwa biosfer, yaitu suatu dunia kehidupan di bumi kita ini merupakan sebuah sistem, sedangkan organisme yang merupakan komponennya menjadi suatu subsistem.Sebagai suatu subsistem organisme itu dibentuk oleh materi dan energi yang tersedia dalam biosfer.
Karena dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II maka organisme itu akan mengalami perlakuan hukum tersebut.
a.    Hukum Termodinamika I
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah energi itu tetap, yang berubah hanya bentuknya. Contohnya: energi listrik berubah menjadi energi mekanik berubah menjadi energi panas.
b.    Hukum Termodinamika II
Apabila suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk mengalami penguraian ke arah yang paling tidak teratur. Bertalian dengan hukum Termodinamika I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus energi. Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami perubahan bentuk dari satu macam bentuk ke bentuk lain. Dan selanjutnya, sebagai suatu sistem kalau dibiarkan begitu saja maka organisme akan cenderung ke arah kerusakan yang paling parah.
Akan tetapi, sebaliknya organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya kemampuan pelestarian  diri atau self perpetuation. Dan kemampuan ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan yang lain, yaitu adanya suatu kerja sama antara organisme sehingga akan membentuk koloni. Dengan alasan yang sam pula terjadilah gejala perkembangan menuju ke arah pembentukan organisme bersel banyak.Hal ini ditambah pula dengan keharusan beradaptasi terhadap lingkungannya. Kemudian berkembanglah apa yang dinamakan organisme bersel banyak yang seperti halnya organisme multiseluler, organisme multiseluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisme lainnya.


BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam.Keanekaragam makhluk hidup disebut dengan keanekaragaman hayati. Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya.  Makhluk hidup merupakan suatu subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Makhluk hidup mempunyai ciri-ciri seperti: bergerak, melakukan metabolisme, mempertahankan jenisnya/hidupnya, tanggap terhadap rangsang, memerlukan makanan, bernafas, tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, mampu beradaptasi, dan mengeluarkan zat sisa. Adapun faktor yang mempengaruhi persebaran organisme/makhluk hidup yaitu lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat fisik.
Saran
Penulis berharap agar makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembacanya tentang keanekaragam makhluk hidup dan pesebarannya. Harapan yang paling utama yaitu bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tumbuhan dan hewan yang ada di bumi ini, terlebih yang ada di sekitar lingkungan kita, dengan begitu keanekaragam makhluk hidup akan terjaga pelestariannya.


REFERENSI
1. Purnama, Heri. 1997. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta:Jakarta
2.http://bulbemblog.blogspot.com/2017/06/makalah-keanekaragaman-makhluk-hidup.html (diakses pada tanggal 24 Oktober 2018, pukul 11.00)
(diakses pada tanggal 23 Desember 2018 , pukul 05.35)
(diakses pada tanggal 23 Desember 2018 , pukul 05.28)
(diakses pada tanggal 23 Desember 2018 , pukul 05.40)
(diakses pada tanggal 23 Desember 2018 , pukul 05.45)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar