KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Alamiah
Dasar
Dosen pengampu : Septiana Wijayanti, S.Pd., M.Pd.
Penyusun :
1. Riski Fatmawati (1722100002)
2. Wahyu Novika Sari (1722100004)
3. Fitri Anggraeni (1722100029)
AKUNTANSI
EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makhluk hidup di dunia ini sangatlah beragam jenisnya,
baik itu tumbuhan maupun hewan.Di lingkungan sekitar, kita dapat menemui berbagai
jenis makluk hidup, seperti berbagai jenis hewan misalnya ayam, semut, sapi,
dan sebagainya, berbagai jenis tumbuhan misalnya jeruk, mangga, pisang, dan
tumbuhan lainnya yang ada disekitar kita.Masing-masing makhluk hidup memiliki
ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut
dengan keanekaragaman hayati.
Dari berbagai makhluk hidup yang banyak jenisnya, para
peneliti mengklasifikan makhluk hidup ini .Adanya klasifikasi makhluk hidup ini
dikarenakan adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anantomi, dan
tingkah laku. Kegiatan pengklasifikasian makhluk hidup dilakukan bertujuan
untuk mempermudah manusia dalam mengenal berbagai jenis hewan dan tumbuhan,
juga mempermudah untuk memberikan penamaan terhadap suatu individu.
Makhluk
hidup dari waktu ke waktu terus berkembang dan tersebar dimana-mana. Sebagai
sesama makhluk hidup kita perlu mengetahui apa dan bagaimana keanekaragaman
makhluk hidup yang ada di sekitar, karena itu perlu adanya pembahasan masalah
keanekaragam makhluk hidup dan persebarannya untuk menyebarluaskan pengetahuan
tentang keanekaragam makhluk hidup yang ada.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan keaneragaman makhluk hidup?
2.
Bagaimana ciri-ciri
dari makhluk hidup?
3.
Bagaimana keanekaragaman
dan persebaran Manusia, Hewan dan Tumbuhan ?
4.
Bagaimana
pengklasifikasian makhluk hidup?
5.
Bagaimana persebaran
dan sejarah dari perkembangan makhluk hidup?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keaneragaman Makhluk Hidup
Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat
mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat
berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya.Dalam dunia biologi yang termasuk ke
dalam golongan makhluk hidup adalah mikroorganisme seperti bakteri, tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Berikut
adalah pengertian makhluk hidup menurut para ahli:
1.
Helena Curtis
Pengertian
Makhluk Hidup menurut Helena Curtis (1975) adalah sesuatu yang bisa
memanfaatkan energi dari lingkungannya dan merubahnya dari satu bentuk energi
ke bentuk energi yang lain, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, bisa
merespon bila ada rangsangan, bersifat homeostatis, kompleks dan terorganisir
dengan baik, dapat bereproduksi atau berkembang biak serta dapat tumbuh dan
berkembang.
2.
Kimball
Pengertian
makhluk hidup menurut Kimball (1983) adalah sesuatu yang memiliki lima cirri,
yaitu dapat berevolusi, responsif, dapat bereproduksi, dapat melakukan
metabolism, dan bersifat rumit.
3.
Dwijoseputro
Pengertian
makhluk hidup menurut Dwijoseputro (1998) adalah adalah sesuatu yang dapat
melakukan metabolisme, dapat melakukan gerak, dapat tumbuh, dapat bereproduksi,
dan responsif.
4. New Mexico Tech
semua makhluk hidup menampilkan tujuh karakteristik
kehidupan, yaitu terdiri dari sel-sel, secara kompleks terorganisir, mengambil
energi dan menggunakannya tidak hanya untuk merespon lingkungan, tetapi juga
untuk tumbuh dan mempertahankan dirinya, memiliki kemampuan untuk mereproduksi,
dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
2.2 Ciri-ciri Makhluk Hidup
Makhluk hidup yaitu suatu subtansi zat yang dapat
menjalankan suatu proses kehidupan. Ada pun yang di maksud dengan proses
kehidupan atau ciri-ciri makhluk hidup adalah sebagai berikut :
a. Bernafas
Makhluk
hidup seperti bakteri, tumbuhan, manusia, dan hewan bernafas sesuai dengan alat
pernafasannya masing-masing.Misalnya, manusia bernafas dengan paru-paru, dan
ikan bernafa dengan insang.
b. Dapat bergerak
Artinya pindah tempat maupun pergerakan bagian-bagian
tubuh nya. Sebagai contohnya kuda dapt berlari menarik kereta, demikian juga
cepatnya pergerakan kucing waktu menangkap tikus. Tetapi untuk tumbuh-tumbuhan
pergerakannya sangat terbatas yaitu tidak dapat mengadakan pindah tempat,
tetapi hanya merupakan pergerakan bagian tubuhnya saja, misalnya membuka kuncup
bunga.
c. Mempunyai
fungsi metabolisme
fungsi metabolisme meliputi :
·
Nutrisi : yaitu pengambilan zat-zat makanan
dan sumber energi lain dari lingkungannya.
·
Respirasi :yaitu menguraikan zat-zat nutrisi
itu sehingga memperoleh energi.
·
Sintesis :yaitu pembuatan molekul-molekul
baru yang penting untuk hidup.
·
Ekskresi : pengeluaran zat yang sudah tidak di
perlukan.
d. Mempunyai fungsi mempertahankan jenisnya/hidupnya
fungsi ini terdiri dari :
·
Regulasi : yaitu fungsi mengatur keserasian
proses-proses yang berlangsung didalam tubuh makhluk hidup.
·
Reproduksi :yaitu tumbuh dan berkembang biak.
·
Adaptasi :yaitu fungsi menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
·
Evolusi : yaitu suatu perubahan kehidupan
menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses memakan waktu yang sangat
lama.
e. Dapat mengadakan jawaban terhadap suatu rangsangan
Hal ini dapat digambarkan kita merasa sakit bila terkena
duri. Disini duri merangsang tubuh sehingga jawaban dari tubuh kita adalah
merasa sakit.
2.3 Keanekaragaman dan Persebaran Manusia, Hewan dan
Tumbuhan
2.3.1 Manusia
Selama berpuluh-puluh tahun petunjuk
satu-satunya dalam penelitian persebaran manusia purba adalah fosil-fosil dan
artefak-artefak yang ditinggalkan dalam pengembaraan mereka. Penelusuran asal
usul manusia seperti mendapatkan darah baru, setelah penerapan teknologi
genetika dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mencari tahu
hubungan kekerabatan antarpopulasi. Terobosan itu membuka pintu gerbang
menuju pengungkapan cikal-bakal manusia modern atas dasar persamaan genetik.
Setiap tetes darah manusia berisi buku
sejarah yang ditulis dalam bahasa genetika. Kode-kode genetika manusia atau
genom, adalah 99,9 persen identik di seluruh dunia. Selebihnya ialah DNA yang
bertanggungjawab terhadap perbedaan individual, seperti warna mata, resiko
penyakit, dan beberapa DNA yang tidak begitu jelas fungsinya.
Suatu ketika dalam perubahan genetika
yang langka, mutasi acak dan tidak berbahaya dapat terjadi dalam salah satu DNA
yang tak berfungsi tersebut, yang kemudian diwariskan ke semua keturunan orang
itu. Namun, mutasi-mutasi yang memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah
satunya adalah DNA mitokondria (mtDNA), yang diteruskan utuh dari ibu ke
anak. Demikian juga sebagian besar kromoson Y, yang menentukan laki-laki,
berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Berdasarkan penelitian mtDNA dari
berbagai populasi, para ilmuwan menyimpulkan, bahwa manusia modern sekarang ini
semua merupakan satu keturunan dari satu nenek moyang ("Hawa"
mitokondria). Hawa mitokondria segera bergabung dengan "Adam kromosom
Y". Semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria melalui rantai para
ibu yang tak terpatahkan.
Oleh karena itu, DNA Mitokondria dapat
digunakan untuk merekonstruksi sejarah asal usul dan persebaran manusia dari
sisi ibu (maternal). Orang-orang di dari berbagai belahan dunia memiliki garis
keturunan berbeda, tetapi mereka mtDNA dan kromoson Y purba yang setara. Untuk
mempelajari persebaran manusia purba/ penelitian DNA mitokondria ini
menggunakan sumber genetik yang dapat bertahan dalam waktu lama, yaitu tulang-belulang
yang sudah menjadi fosil.
Kesimpulan itu membuka cakrawala baru
bahwa manusia modern bukanlah keturunan dari manusia purba semacam Homo
Sapiens yang hidup 500.000 tahun lalu, atau bahkan, spesies yang lebih tua
seperti Homo Habilis (2,5-1,6 juta tahun lalu), Homo Ergaster
(1/8-1,4 juta tahun lalu), dan Homo Erectus (1,5 juta tahun lalu).
Ø Daerah Asal
Manusia
Pada pertengahan tahun 1980-an Allan Wilson dan rekan-rekan di
University of California, Barkeley, menggunakan mtDNA untuk mengidentifikasikan
tempat asal nenek moyang umat manusia. Mereka membandingkan mtDNA dari
wanita-wanita di seluruh dunia dan menemukan bahwa wanita-wanita keturunan
Afrika menunjukkan keanekaragaman dua kali lebih banyak daripada kaum wanita
lain.
Max Ingman, doktor
genetik asal Amerika Serikat mengungkapkan hal senada dengan pendapat bahwa
manusia modern berasal dari salah satu tempat di Afrika antara kurun waktu 100
- 200 ribu tahun lalu. Dari situ moyang manusia masa kini itu lantas menyebar
dan mendiami tempat-tempat di luar Afrika. Gen manusia modern ini tidak
bercampur dengan gen spesies manusia purba.
Sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun
silam, satu gelombang kecil manusia yang mungkin hanya berjumlah seribu orang
dari Afrika menuju pantai-pantai Asia bagian Barat. Ada dua jalur tersedia
menuju Asia. Pertama mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai
lalu ke utara lewat Levant. Namun, jalur yang satunya juga mengundang untuk
dijelajahi, yaitu melintasi Laut Merah. Pada saat itu (70.000 tahun yang lalu)
bumi memasuki zaman es terakhir dan permukaan laut menjadi lebih rendah karena
air tertahan dalam gletser. Pada bagian tersempit di muara Laut Merah hanya
berjarak beberapa kilometer. Dengan menggunakan perahu primitif, manusia modern
dapat menyeberangi laut untuk pertama kalinya.
Setelah berada di Asia, bukti genetis
memperkirakan populasi terpecah. Satu kelompok tinggal sementara di Timur
Tengah, sementara kelompok lain menyusuri pantai sekitar Semenanjung Arab,
India dan wilayah Asia yang lebih jauh. Setiap generasi mungkin bergerak hanya
beberapa kilometer lebih jauh.
Para pengembara telah mencapai
Australia Barat Daya 45.000 tahun lalu. Hal ini terbukti dengan penemuan fosil
seorang pria di Lake Mungo. Fosil-fosil lain yang belum terungkap di dalam
tanah mungkin berusia lebih tua yaitn sekitar 50.000 tahun yang lalu. Hal ini
menjadi bukti paling awal manusia modern yang berada jauh dari Afrika.
Tidak ada jejak fisik berupa fosil
orang-orang ini sepanjang sekitar 13.000 kilometer dari Afrika ke Australia.
Semua mungkin sudah lenyap saat air laut naik sesudah zaman es. Namun jejak
genetika berlangsung terus. Beberapa kelompok pribumi pada kepulauan Andaman
dekat Myanmar, Malaysia dan Papua Nugini, serta orang Aborigin di Australia
memiliki tanda garis keturunan mitokondria purba.
Ø Kondisi Alam
Indonesia
Konon pada zaman es, wilayah kita terbagi menjadi dua
bagian. Wilayah barat yang disebut Paparan Sunda menjadi satu dengan
Asia Tenggara kontinental. Paparan ini meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra
dan menjadi satu dengan daratan Asia Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang
luas. Wilayah timur yang disebut Paparan Sahul menjadi satu dengan Benua
Australia. Wilayah yang terletak di antara Paparan Sunda dan Sahul itu meliputi
Kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kawasan ini kelak, oleh Wallacea
disebut penyaring bagi fauna (bahkan manusia) di kedua daratan. Karenanya, tipe
fauna di kedua daratan cenderung berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan
dukungan iklim serta suhu yang baik, evolusi tumbuhan dan hewan (termasuk
Primates) bisa berlangsung.
Pada masa itu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok
kecil di berbagai daerah dengan mobilitas yang cukup tinggi. Jalur
Indonesia-kontinen Asia bisa mereka tempuh melalui rute darat, begitu pula
dengan Indonesia-Australia. Peralatan batu yang ditemukan di Sulawesi Selatan
dan Nusa Tenggara serta di Filipina, mungkin bisa digunakan untuk merunut kehidupan
Pithecanthropus yang tinggal di kawasan ini. Kemudahan komunikasi itu
memungkinkan mereka untuk mengadakan migrasi ke dalam dua arah yang berlawanan.
Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan
manusia, saat es mulai mencair. Karena air laut menjadi lebih tinggi dan
menutupi bagian-bagian rendah dari kedua paparan, maka membentuk pulau-pulau
baru yang saling terpisah. Dampaknya adalah kelompok-kelompok manusia itu
menjadi tercerai-berai dan hidup di dalam pulau-pulau yang saling berlainan.
Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga
memungkinkan faktor-faktor evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek
perintis untuk bekerja. Hasilnya adalah populasi baru yang mungkin sekali
berbeda dengan induknya. Mungkin karena faktor hibridisasi yaitu pembauran gen
atau perjodohan antara dua golongan makhluk hidup. Mungkin pula
karena pigminasi yaitu proses pengerdilan individu sebagai akibat adanya
seleksi alam dan terbatasnya bahan makanan untuk populasi yang semakin
bertambah. Proses inilah yang antara lain mengakibatkan mengapa manusia purba
yang ditmukan di kawasan Sangiran berbeda dengan yang ditemukan di Flores pada
tahun 2004.
Ø
Jenis Manusia Purba di Indonesia
Tengkorak manusia purba cenderung
lebih kecil namun memanjang, rahangnya tebal namun tidak berdagu serta tidak
mempunyai dahi. Perbandingan semacam ini bisa kita peroleh setelah kita
menganalisis serangkaian penemuan fosil, baik yang berupa tengkorak maupun
tulang-tulang anggota badan lainnya.
Data-data tentang hasil budayanya itu bisa kita peroleh
setelah kita menganalisis fosil yang berwujud beragam bentuk peralatan yang
diduga pernah mereka gunakan. Lalu, untuk menentukan usia fosil itu kita harus
menganalisis lapisan bumi di ' mana fosil itu ditemukan, tentu dengan bantuan
ilmu Geologi. Dengan cara inilah, kita sekarang bisa mengklasifikasi jenis dan
budaya manusia purba di Indonesia.
Penemuan manusia purba di Indonesia terjadi pada akhir
abad XIX. Bermula dari dugaan Eugene Dubois bahwa manusia purba, monyet, dan
kera itu biasanya hidup di daerah tropis, karena iklimnya tidak banyak
mengalami perubahan. Ada tiga dasar teori yang digunakan Dubois sebagai acuan.
Teori pertama, bahwa pencarian missink link dalam evolusi manusia
berasal dari daerah tropik. Alasannya, berkurangnya rambut pada tubuh manusia
purba hanya bisa terjadi pada daerah tropika yang hangat. Teori kedua, Dubois
mencatat bahwa dalam dunia binatang, umumnya mereka tinggal di daerah geografis
yang sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, hewan yang paling
mirip dengan manusia adalah kera besar. Oleh karena itu, Dubois menduga bahwa
nenek moyang kera besar mempunyai hubungan kekerabatan (kinship) dengan
manusia. Teori ketiga, Dubois percaya bahwa Asia Tenggara
merupakan asal usul manusia. Alasannya, di sana ada orang utan dan
siamang.
Penelitian pun dilakukan oleh sejumlah
peneliti luar negeri di berbagai tempat. Secara umum penelitian itu terbagi
menjadi tiga tahap yaitu periode 1889-1909, periode 1931-1941, serta periode
1952 sampai sekarang. Dunia ilmu pengetahuan (terutama Palaeoantropologi dan
ilmu Hayat) menjadi gempar saat tahun 1889 Dubois berhasil menemukan sejumlah
fosil atap tengkorak di Wajak, Tulungagung, Kediri, yang kemudian diikuti
dengan penemuan-penemuan lain di Kedungbrubus dan Trinil. Fosil itu disebut
dengan Pithecanthropus erectus.
Namun sayangnya, sebagian besar fosil
tersebut kini tersimpan di Leiden, Belanda. Fosil lain berhasil ditemukan oleh
ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald di Ngandong, Blora, antara tahun
1931-1933, berupa tengkorak dan tulang kering yang disebut Pithecanthropus
soloensis. Pada tahun 1936-1941, von Koenigswald kembali berhasil menemukan
fosil rahang dan gigi yang bemkuran besar serta tengkorak manusia purba di
Sangiran, yang kemudian disebut Meganthropuspalaeojavanicus.
Selanjutnya, penelitian pascakemerdeka-an banyak melibatkan ahli-ahli
Indonesia, terutama di kawasan Sangiran. Berikut ini
adalah jenis manusia purba di Indonesia.
A. Meganthropus atau Manusia
Raksasa
Meganthropus berasal dari kata mega yang
berarti besar dan anthropus yang berarti manusia. Memang, apabila fosil
makhluk itu kamu amati, pasti kamu akan terperangah: besar rahang bawahnya
melebihi rahang gorila laki-laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang bawah, rahang
atas,''serta gigi-gigi lepas ditemukan oleh von Koenigswald di Pucangan tahun
1936-1941, dalam lapisan bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut Meganthropus
Paleojavanicus atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks
di Kabuh tahun 1952. Namun, sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa
kesulitan untuk menempatkan Meganthropus di dalam evolusi manusia.
Apakah tergolong Pithecanthropus, Homo, atau Australopithecusl.
Pakar palaeoan-tropologi kita, Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat bahwa Meganthropus
me-rupakan bentuk khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus. Alasan
teorinya adalah ia berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an
alam'pada masa tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu ditemukan
bersama-sama dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropus
baru bisa terbuka.
B. Pithecanthropus atau Manusia
Kera
Pithecanthropus berasal dari kata pithekos yang
berarti kera dan anthropus yang berarti manusia. Kebanyakan fosil jenis
inilah yang berhasil ditemukan di Indonesia. Mereka hidup pada zaman pleistosen
awal, tengah, dan akhir. Makhluk ini mempunyai ciri-ciri tinggi badannya
165-180 cm, tubuh dan badannya tegap, gerahamnya masih besar, rahangnya kuat,
tonjolan kening tebal (melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis), tonjolan -
belakang kepalanya nyata, belum berdagu, serta berhidung lebar. Volume
otaknya berkisar antara 750 sampai 1.300 cc.
Makhluk jenis Pithecanthropus juga ditemukan di
kawasan yang lain. Di Cina Selatan ditemukan Pithecanthropus lautianensis
dan di Cina Utara disebut Pithecanthropus Pekinensis. Mereka hidup
800.000 hingga 500.000 tahun yang lampau. Makhluk sejenis juga ditemukan di
Tanzania, Kenya, dan Aljazair di Afrika, serta di Eropa seperti di Jerman
Barat, Jerman Timur, Prancis, Yunani, dan Hongaria. Namun, kebanyakan ditemukan
di Indonesia. Ada beberapa jenis manusia purba yang tergolong ke dalam Pithecanthropus,
antara lain sebagai berikut.
1) Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto)
Jenis ini diduga merupakan manusia purba tertua yang
ada di Indonesia dan ditemukan tahun 1936 di Pucangan serta Mojokerto, berupa
tengkorak anak-anak berusia 6 tahun. Isi otaknya berkisar 650 cc. Fosil ini
ke-mudian disebut Pithecanthropus mojokertensis atau Pithecanthropus
robustus (robustus artinya besar). Dari hasil penelitian, bisa
di-simpulkan bahwa makhluk ini hidup pada 2,5 sampai 1,25 juta tahun yang
lampau. Makhluk ini mempunyai spesifikasi: berbadan tegap, tonjolan keningnya
tebal, tulang pipinya kuat, dan mu-kanya menonjol ke depan. Makhluk ini
hidup bersama-an dengan Meganthropus, namun sulit menghubung-kan evolusi
keduanya.
2) Pithecanthropus Erectus (Manusia Kera yang
Berjalan Tegak)
Jenis ini merupakan generasi kedua manusia purba di
Indonesia. Yang fenomenal dari jenis ini adalah selain fosilnya ditemukan
paling awal, juga memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas. Fosil jenis ini
terdiri atas atap tengkorak, tulang paha, serta beberapa fragmen tulang paha
yang ditemukan di Trinil tahun 1891. Fosil ini merupakan kepunyaan laki-laki
dengan isi otak kira-kira 900 cc. Dari penelitian terhadap tengkoraknya, Dubois
member! nama Pithecanthropus atau manusia kera dan dari tulang pahanya
ia member! nama erectus atau berjalan tegak. Tidak kurang dari 23 jenis
fosil berhasil ditemukan di berbagai daerah di kawasan Sangiran. Maka, tidak
aneh bila fakta dan cerita tentang kehidupan Pithecanthropus lebih
banyak kita peroleh dibandingkan dengan manusia purba dari jenis yang lain.
Misalnya, makhluk ini hidup sekitar sejuta hingga setengah juta tahun yang
lalu, mempunyai tinggi badan 160-180 cm dengan berat badan 80 sampai
100kg.
Yang membedakan Pithecanthropus erectus
dengan Pithecanthropus Mojokertensis adalah besar isi tengkorak,
tebal atap tengkorak, bentuk tonjolan belakang kepala dan tonjolan kening,
serta daerah telinga. Dari fosi1 Pithecanthropus orectus yang berhasil ditemukan,
kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Diduga jenis perempuannya banyak yang
meninggal saat kehamilan dan persalinan.
3).
Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Nama Pithecanthropus soloensis diberikan oleh
ilmuwan kita Prof. Dr. Teuku Jacob setelah meneliti 14 jenis fosi1 dari Desa
Ngandong di Lembah Bengawan Solo sebelah utara Trinil. Jenis ini merupakan
generasi ketiga manusia purba di Indonesia. Dari penemuan fosil yang ada di
Sangiran dan Sambungmacan, makhluk ini mempnnyai ciri khas: volume otak 1.000
sampai 1.300 cc, tengkoraknya lonjong, tebal dan masif, tonjolan keningnya
cukup nyata, dahinya lebih terisi, serta tengkoraknya lebih tinggi dibanding
kedua manusia terdahulu. Tanda-tanda yang lain adalah akar
hidungnya lebar dan rongga matanya sangat panjang, tinggi badannya 165 sampai
180 cm, serta tulang keringnya tegap. Dari identifikasi ini bisa disimpulkan
bahwa meskipun letak kepalanya di atas tulang belakang, namun belum seperti
letak kepala manusia saat ini.
Pithecanthropus soloensis yang hidup kira-kira
900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu itu, secara evolutif lebih dekat dengan Pithecanthropus
Mojokertensis dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Para ilmuwan menduga bahwa kedua makhluk itu memang
mem-punyai kaitan dalam hal evolusi. Yang membedakannya dengan kedua manusia
purba terdahulu adalah besarnya tengkorak, tonjolan kening, dan tonjolan
belakang kepala, daerah telinga dan daerah hidung. Hanya saja, volume otaknya
semakin bertambah, demikian pula otak kecilnya. Kamu tentu mengetahui apa
dampak yang muncul di balik berkembangnya volume otak ini. Dengan otak yang
semakin berkembang itu, Pithecanthropus Soloensis mulai menemukan dan
mempunyai cara hidup yang baru. Perubahan inilah yang menyebabkan berkembangnya
kebudayaan manusia-manusia purba di Indonesia. Oleh karena itu, ada beberapa
ahli yang mengelompokkan Pithecanthropus Soloensis ini ke dalam kelompok
Homo Neandertalensis. Bahkan, ada pula yang memasukkan-nya ke dalam
kelompok Homo Sapiens. Namun, sejauh ini para ilmuwan belum
mencapai kesepakatan.
C. Homo ( Manusia)
Jenis Homo ini mulai mendekati dengan bentuk
manusia. Hidup pada zaman pleistosen muda. Sementara itu,
dari serangkaian fosi1 yang ditemukan diduga mereka hidup 200.000 tahun yang
lalu. Selain banyak jumlahnya dan ditemukan di berbagai tempat, fosilnya tidak
hanya berupa tengkorak melainkan juga berupa kerangka yang lengkap. Ada beberapa
jenis manusia purba dari kelompok Homo ini, antara lain sebagai berikut.
1). Homo Neandertalensis
(Manusia dan Lembah Neander)
Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah
Sungai Neander dekat Kota Dusseldorf, Jerman. Fosil sejenis juga ditemukan di
Francis, Belgia, Jerman, Italia, Yugoslavia, serta berbagai negara di Eropa. Di
Palestina, fosil itu ditemukan di Gua Tabun dekat Mount Carmel, sehingga
disebut HomoPalestinensis. Semula, makhluk ini hanya dianggap
sebagai evolusi manusia yang kandas. Namun, setelah penemuan Homo
neandertalensis, para ilmuwan sepakat bahwa makhluk ini merupakan nenek
moyang salah satu ras manusia.
Yang cukup mengagumkan dari penemuan fosil-fosil ini
adalah ditemukan-nya beragam peralatan batu dan sisa-sisa kebudayaan lama di dekat
lokasi fosil. Hal itu menunjukkan, bahwa tingkat kehidupan mereka sudah akrab
dengan kebudayaan. Bahkan, di Eropa sering ditemukan bekas-bekas api di sekitar
penemuan fosil, yang diduga sebagai solusi atas dinginnya iklim di daerah
Glasial. Dari penelitian terhadap peralatan yang berhasil ditemukan menunjukkan
bahwa mereka sudah berburu. Peralatan batu selain digunakan untuk senjata juga
digunakan untuk memotong.
2). Homo Sapiens (Manusia Sekarang)
Generasi
pertama dari manusia sekarang mula-mula hidup pada lapisan pleistosen muda atau
zaman glasial terakhir (sekitar 80.000 tahun yang lampau). Mulai saat itu,
tidak ditemukan lagi makhluk-makhluk dari dua jenis terdahulu. Karena sejak
zaman holosen, fosil manusia yang berhasil ditemukan menunjukkan perbedaan
empat ras pokok yang saat itu ada di muka bumi.
2.3.2 Hewan (
Fauna )
Persebaran Fauna di Dunia
Umumnya hewan terbesar secara terbatas pada daerah tertentu karena adanya
berbagai penghalang atau karena sejarah pada zaman dahulu. Umumnya yang menjadi
penhalang dan permisahan persebaran hewan adalah faktor-faktor fisik yang
berhbungan dengan ke adaan bumi.faktor-faktor tersebut antara lain laut,
gunung, sungai, padang pasir, dan iklim.
Wilayah pesebaran hewan pertama kali diperkenalkan oleh sclater ( 1858 ),
selanjutnya dikembangkan oleh Huxley ( 1868 ) dan oleh Wallace ( 1876 ).
Menurut Alfret Russel Wallace, persebaran fauna di dunia di kelompokan menjadi
enam wilayah, yaitu Neartik, Australis, Oriental, Paleartik, dan Etiopian.
Ø Fauna Ethiopian
Wilayah persebaran fauna Ethiopian
meliputi seluruh Benua Afrika, Kepulauan Madagaskar, dan Semenanjung Arabia. Ciri khas hewan tipe ethiopian
sebagian besar adalah mamalia dan bertubuh besar.
Hewan
yang khas daerah ini adalah: gajah Afrika (Loxodonta africana), badak
Afrika putih bercula dua (Cerathoterium simum), gorila (Pongo pygmeus),
baboon (papio Anubis), simpanse (Pan troglodytes), jerapah (Giraffa
camelopardalis). Mamalia padang rumput seperti zebra (Equus zebra),
antilope, kijang, singa (Panthera leo), harimau Afrika (Panthera
pardus pardus), dan mamalia pemakan serangga yaitu trengiling (Manis
javanica). Mamalia endemik di wilayah ini adalah Kuda Nil (Hippopotamus
amphibius) yang hanya terdapat di Sungai Nil,Mesir. Namun di
Madagaskar juga terdapat kuda Nil namun lebih kecil.
Ø Fauna Oriental.
Hewan-hewan yang terdapat di wilayah
ini memiliki karakteristik yang cukup mirip dengan fauna tipe Ethiopian karena
sama-sama terletak di wilayah tropis. Wilayah perbesaran fauna tipe oriental
meliputi Asia Tenggara, Indonesia Barat, Asia Selatan, dan sebagian wilayah
Asia Timur.
Hewan yang khas wilayah ini
adalah harimau (Panthera tigris), orang utan (Pongo pygmeus),
gibbon (Hylobates muelleri), rusa (Cervinae sp), banteng (Bos
javanicus), dan badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus). Hewan
lainnya adalah badak bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis), gajah (Elephas
maximus sumatranus), beruang madu (Helarctos malayanus), antilop
berbagai jenis reptil, dan ikan.
Adanya jenis hewan yang hampir
sama dengan wilayah Ethiopian antara
lain kucing, anjing, monyet (Macaca fascicularis), gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
lain kucing, anjing, monyet (Macaca fascicularis), gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
Ø Fauna Australis.
Wilayah
persebarannya meliputi seluruh Benua Australia, Selandia Baru,
Kepulauan-Kepulauan Pasifik (Oceania), dan wilayah Indonesia Timur. Beberapa
jenis hewan yang termasuk dalam tipe Australis antara lain kanguru, burung
cendrawasih, kakaktua, kiwi, koala, platipus, dan beberapa jenis hewan
berkantung (marsupial).
Beberapa hewan khas wilayah ini
adalah kanguru (Dendrolagus pulcherrinus), kiwi dari genus Apteryx, koala (Phascolarctos
cinereus). Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini
sepertiburung cendrawasih (Paradisaea rudolphi), burung kasuari (Casuarius
casuarius), burung kakaktua (Cacatua moluccensis), dan betet (Psittacula
Alexandri). Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura ( Cuora
amboinensis), ular phyton (molurus bivittatus).
Ø FaunaNeotropika
Meliputi wilayah beriklim tropis dan sedang di Amerika
Tengah dan Amerika Selatan.
Hewan endemiknya adalah ikan Piranha (Pygocentrus nattereri) dan Belut listrik (Electrophorus electricus) di Sungai Amazone,Llama (Lama glama) sejenis unta di padang pasir Atacama (Peru), dan kera hidung merah.
Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna Vertebrata karena jenisnyayang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet, trenggiling (Manis javanica),beberapa jenis reptil seperti buaya meksiko (Crocodylus moreletii), ular, kadal (Draco volans), beberapa spesies burung, dan ada sejenis
kelelawar penghisap darah.
Hewan endemiknya adalah ikan Piranha (Pygocentrus nattereri) dan Belut listrik (Electrophorus electricus) di Sungai Amazone,Llama (Lama glama) sejenis unta di padang pasir Atacama (Peru), dan kera hidung merah.
Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna Vertebrata karena jenisnyayang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet, trenggiling (Manis javanica),beberapa jenis reptil seperti buaya meksiko (Crocodylus moreletii), ular, kadal (Draco volans), beberapa spesies burung, dan ada sejenis
kelelawar penghisap darah.
Ø Fauna Neartik
Meliputi wilayah Amerika Utara dan Greenland yang sebagian besar beriklim sedang hingga dingin. Beberapa jenis fauna yang hidup di zona ini antara lain bison, kalkun liar, antelop, kambing gunung, tupai, salamander, rakun, dan sebagainya.
Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar (Numida meleagris), tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison Amerika (Bison bison), muskox, caribau (Rangifer tarandus), domba gunung, Salamander (Andrias davidianus), Tupai (Tupaia javanica).
Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearktik seperti: kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
Meliputi wilayah Amerika Utara dan Greenland yang sebagian besar beriklim sedang hingga dingin. Beberapa jenis fauna yang hidup di zona ini antara lain bison, kalkun liar, antelop, kambing gunung, tupai, salamander, rakun, dan sebagainya.
Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar (Numida meleagris), tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison Amerika (Bison bison), muskox, caribau (Rangifer tarandus), domba gunung, Salamander (Andrias davidianus), Tupai (Tupaia javanica).
Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearktik seperti: kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
Ø Fauna Paleartik
Meliputi wilayah Eropa, Eurasia, Himalaya, Afganistan, dan Persia.
Beberapa jenis fauna Paleartik:
hewan endemik: yaitu Panda (Ailuropoda melanoleuca) di Cinahewan yang terbatas penyebarannya (binatang kutub) seperti rusa Kutub (Rangifer tarandus), kucing Kutub, dan beruang Kutub (Ursus maritimus).hewan khas berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus (Rattus norvegicus), berbagai spesies anjing (Canis familiaris), kelelawar (Cyneptorus sp). Bajing (Callosciurus notatus), dan kijang (Muntiacus muntjak) telah menyebar ke wilayah lainnya. FaunaAntartik
Sesuai namanya, zona antartik meliputi seluruh wilayah Antartika (Kutub Selatan) yang beriklim dingin. Beberapa contoh hewan yang terdapat di wilayah ini antara lain pinguin, beberapa jenis ikan, rusa kutub, anjing laut, dan lain-lain.
Beberapa jenis fauna Paleartik:
hewan endemik: yaitu Panda (Ailuropoda melanoleuca) di Cinahewan yang terbatas penyebarannya (binatang kutub) seperti rusa Kutub (Rangifer tarandus), kucing Kutub, dan beruang Kutub (Ursus maritimus).hewan khas berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus (Rattus norvegicus), berbagai spesies anjing (Canis familiaris), kelelawar (Cyneptorus sp). Bajing (Callosciurus notatus), dan kijang (Muntiacus muntjak) telah menyebar ke wilayah lainnya. FaunaAntartik
Sesuai namanya, zona antartik meliputi seluruh wilayah Antartika (Kutub Selatan) yang beriklim dingin. Beberapa contoh hewan yang terdapat di wilayah ini antara lain pinguin, beberapa jenis ikan, rusa kutub, anjing laut, dan lain-lain.
2.3.3 Tumbuhan ( Flora )
Jenis
persebaran flora di dunia dapat dibagi dalam dua kelompok besar yakni jenis
persebaran flora di darat dan jenis persebaran flora di air atau sering kita
sebut sebagai bioma. Apa itu bioma? bioma merupakan sekelompok hewan dan
tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu di permukaan bumi.
A. Persebaran flora di darat
Komunitas organisme tumbuhan di
darat dapat kita bagi menjadi tiga macam berdasarkan perubahan naik garis
lintang (yang berarti terjadi penurunan temperatur) dalam pembagian mintakat
(zona) temperatur. Adapun tiga macam komunitas tumbuhan tersebut antara lain
hutan, padang rumput dan gurun. Nah, setiap jenis komunitas tumbuhan tersebut
masih dapat kita bagi lagi menjadi beberapa jenis komunitas. Anda dapat melihat
jenis komunitas (beserta pembagiannya) dan kondisi iklimnya pada tabel di bawah
ini.
1. Hutan hujan (Rainforest)
Hutan hujan (Rainforest) yaitu hutan
yang selalu hijau di sepanjang tahunnya. Hutan ini memiliki peran yang sangat
penting dalam mensuplai oksigen atau dikenal dengan istilah sebagai paru-paru
dunia. Nah, hutan ini memiliki dua macam tipe yakni hutan hujan tropis dan
hutan hujan iklim sedang.
a. Hutan hujan tropis (tropical rainforest) Hutan hujan tropis
merupakan hutan yang berada di daerah tropis yaitu terletak diantara garis
lintang utara (10° LU) sampai garis lintang selatan (10° LS). Daerah tersebut
antara lain asia tenggara, australia bagian utara, afrika tengah (Zaire, Congo,
Gabon, Nigeria, Kenya) dan amerika selatan. Hutan ini selalu dihujani air dalam
jumlah banyak sehingga memiliki persediaan air yang cukup. Rata-rata
tumbuhannya berukuran besar, tinggi, berdaun lebat dan memiliki umur yang
panjang sehingga komunitas pepohonan di hutan ini menjadi lebih kompleks.
Tingginya pepohonan yang dapat
mencapai 20 meter hingga 40 meter serta lebatnya dedaunan menyebabkan perubahan
iklim mikro di bawahnya. Pada bagian atas pohon bisa mendapatkan energi
matahari yang cukup namun pada bagian bawahnya hingga sampai permukaan tanah
sangat sulit untuk mendapatkan energi dari cahaya matahari. Hal ini menyebabkan
udara menjadi lembab dengan suhu yang lebih rendah sekitar 18-25ºC. Selain
pepohonan yang tinggi, tumbuhan yang hidup di hutan ini antara lain tumbuhan
perdu (ketinggian kurang dari 6 meter seperti jahe, temulawak, kunyit dll),
teratai, enceng gondok, rotan, lumut, jamur, paku-pakuan dan berbagai jenis
anggrek.
b. Hutan hujan iklim sedang (temperate rainforest) atau hutan taiga
Hutan hujan jenis ini terdapat pada
daerah yang beriklim sedang yakni antara 23°30’–66°30′ LU dan 23°30’–66°30′ LS
seperti rusia, kanada utara-tengah, Eropa dan siberia. Jika dilihat
keaneragaman floranya, maka jenis flora yang dapat hidup di daerah ini jauh
lebih sedikit daripada jenis flora yang hidup di hutan hujan tropis. Hal ini
dikarenakan sangat jarang jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah dingin.
Persebaran flora di hutan ini didominasi oleh tanaman taiga seperti pinus,
cemara, tusam, balsam, konifer, spruce (picea), alder (alnus), birch (betula)
dan juniper (juniperus).
2. Hutan gugur atau hutan peluruh
atau hutan musim
Hutan gugur juga banyak terdapat di
daerah yang beriklim sedang dengan memiliki empat macam musim. Daerah ini
misalnya di Amerika Utara, Asia Timur dan Eropa. Jika dibandingkan dengan hutan
hujan, maka hutan gugur memiliki jumlah spesies tumbuhan yang lebih sedikit,
selain itu kerapatan pohonnya juga lebih besar atau jaraknya lebih renggang.
3. Padang rumput (Grassland)
Padang rumput terdapat pada daerah
tropis dan subtropis (iklim sedang) yang memiliki curah hujan sekitar 250 – 500
mm tiap tahunnnya. Padang rumput yang ada di daerah tropis dinamakan tropical
grassland atau padang rumput tropis sedangkan padang rumput yang ada di daerah
beriklim sedang dinamakan temperate grassland atau padang rumput iklim sedang.
a. Padang Rumput Tropis (Sabana atau illanos) Sabana merupakan lahan
berumput namun di sana sini masih ditumbuhi beberapa pepohonan. Nah, sabana ini
terletak di daerah dengan curah hujan 50–130 cm/tahun dimana peristiwa hujan
hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Daerah dengan intensitas curah
hujan yang sedikit ini mengakibatkan tumbuhan besar sulit untuk hidup sehingga
tumbuhan yang mampu hidup hanyalah tumbuhan kecil. Adapun negara yang memiliki
padang rumput ini antara lain Afrika, Australia, Amerika Selatan, sebagian
wilayah India dan sebagian kecil wilayah Indonesia. Tiap sabana di suatu
wilayah bisa memiliki jenis tumbuhan yang berbeda. Di Afrika, flora yang hidup
antara lain rumput bermuda, pohon baobab, rumput gajah, akasia, eboni dan
cadelabra. Di Australia, flora yang hidup antara lain kasuarina, ekaliptus,
pohon botol dan pohon rumput. Sedangkan di Amerika, flora yang hidup antara
lain fern, bromelia, carnivorous sp, guacamaya dan pentamierista (Eni Anjayani,
Hal.16).
b. Padang Rumput Iklim Sedang (Stepa atau veldt atau prairie atau pampa
atau puszta) Padang rumput iklim sedang atau stepa berbeda dengan sabana
dimana di daerah ini sama sekali tidak ada tumbuhan besar yang bisa hidup
melainkan hanya rumput ilalang. Adapun daerah yang memiliki stepa antara lain
Afrika selatan, rusia, hongaria, amerika bagian selatan dan amerika bagian
utara.
4. Gurun
Di gurun, tumbuhan yang mampu hidup adalah tumbuhan berdaun
kecil atau tidak berdaun, memiliki duri serta memiliki akar yang panjang
sehingga mampu mencari air dalam radius yang lebih luas serta dapat menyimpan
air lebih banyak di jaringan spon. Nah, daerah gurun ini banyak terdapat di
daerah tropis dan berbatasan dengan padang rumput.Curah hujan di gurun
sangatlah rendah sekitar 250 mm/tahun dan bila pada musim kemarau tiba, suhunya
bisa mencapai lebih dari 40ºC. Cuaca yang sangat ekstrem ini mengakibatkan
hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang mampu hidup di daerah ini. Adapun jenis
flora tersebut antara lain berbagai spesies kaktus, pohon boojum, pohon kurma.
B. Persebaran
flora di air
1. Habitat air tawar atau Biocycle Air Tawar meliputi
kolam, danau, sungai dan rawa. Jenis flora yang hidup di daerah ini meliputi
eceng gondok, teratai dan aneka jenis alga. Pada umumnya tumbuhan air memiliki
daun yang sangat tipis dengan kloroplas di dalam sel epidermisnya dimana hal
ini berfungsi untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis.
Selain itu, biasanya tanaman air juga tidak memiliki rambut akar sehingga
penyerapan air dapat di minimalisir.
2. Habitat air pantai menghasilkan jenis flora yang
menjalar dengan geragih yang panjang dan berakar besar. Tumbuhan yang hidup di
daerah ini dituntut bisa menghadapi terpaan angin dan gelombang yang sangat besar
serta mampu hidup di daerah berpasir. Adapun jenis flora yang biasanya hidup di
tempat ini antara lain ubi, rumput angin, bakung pantai, pandan pantai dan
sebagainya.
3. Habitat air laut atau Biocycle Air Asin dibedakan
menjadi dua macam yakni fotik dan afotik. Fotik merupakan daerah yang cukup
dalam mendapatkan energi dari cahaya matahari sedangkan afotik merupakan daerah
yang kurang dalam mendapatkan energi dari matahari. Jenis flora yang hidup di
daerah fotik yakni jenis rumput-rumputan sedangkan daerah afotik biasanya
berupa phytoplankton.
2.4 Pengklsifikasian Makhluk Hidup
2.4.1 Sejarah Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada
ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi
untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur.
Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan
dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam
kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari
Inggris.Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang
ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus
Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena
sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat
dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan
dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman
Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.Adapun
tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah:
a) Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang
dimiliki,
b) Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhluk hidup dari jenis lain,
c) Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup,
d) Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama.
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia,
antara lain:
a) Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang
sangat beraneka ragam,
b) Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antar
jenis makhluk hidup,
c) Klasifikasi memudahkan komunikasi Para ahli biologi masih
menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang
diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah.
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan
makhluk hidup.Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses
mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan
diklasifikasi.Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup
kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri
serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini
diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok
makhluk hidup.
2.4.2 Sistem Klasifikasi
Para ahli pengetahuan dalam mengklasifikasikan organisme
hidup dengan cara memberi nama dua kata pada setiap spesies (hewan atau tanaman
). Kata pertama adalah genus dimana huruf pertamanya harus ditulis dengan huruf
besar dan kata yang kedua adalah petunjuk spesies (ephiteton specificum).
Contoh :
-
Homo adalah nama
genus
-
Sapiens adalah
petunjuk spesies
-
Sedangkan homo
sapiens adalah spesies yaitu spesies yang terjadi dari dua kata.
Spesies adalah kumpulan tanaman atau hewan yang mempunyai
banyak persamaan dan dapat saling mengadakan perkembangbiakan. Kumpulan dari
spesies yang memepunyai banyak persamaan disebut familia.
2.5 Persebaran dan Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
2.5.1 Persebaran Makhluk Hidup
Faktor
yang Mempengaruhi Persebaran Organisme/Makhluk Hidup
1. Lingkungan
Dua
faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah
faktor abiotik/tidak hidup (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan
biotik/ higup (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme)
2. Sejarah
Geologi
Saat
dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea, kira-kira 200 juta tahun
lalu, suatu spesies berada dalam pada daerah dan bentuk yang sama. Kemudian
seiring berjalannya waktu benua-benua mulai memisahkan diri.
3. Penghambat
Fisik
Faktor
penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi
geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier),
dan penggentingan daratan (isthmus).
2.5.2 Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut
suatu teori, organisme yang beraneka ragam saat ini adalah hasil dari proses
evolusi kehidupan. Yang dimaksud dengan evolusi kehidupan yaitu suatu perubahan
kehidupan, menjadi bentuk kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi
bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin
memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Teori tersebut menyatakan bahwa
organisme yang mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal, dan
organisme ini bersel dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Yang
menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme
bersel tunggal tersebut sekarang berkembang menjadi organisme bersel
banyak.Salah satu dugaan menyatakan bahwa biosfer, yaitu suatu dunia kehidupan
di bumi kita ini merupakan sebuah sistem, sedangkan organisme yang merupakan
komponennya menjadi suatu subsistem.Sebagai suatu subsistem organisme itu
dibentuk oleh materi dan energi yang tersedia dalam biosfer.
Karena
dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II maka organisme itu akan
mengalami perlakuan hukum tersebut.
a. Hukum
Termodinamika I
Di
dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah energi itu tetap, yang berubah
hanya bentuknya. Contohnya: energi listrik berubah menjadi energi mekanik
berubah menjadi energi panas.
b. Hukum
Termodinamika II
Apabila
suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk
mengalami penguraian ke arah yang paling tidak teratur. Bertalian dengan hukum
Termodinamika I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus
energi. Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami perubahan bentuk dari satu
macam bentuk ke bentuk lain. Dan selanjutnya, sebagai suatu sistem kalau
dibiarkan begitu saja maka organisme akan cenderung ke arah kerusakan yang
paling parah.
Akan
tetapi, sebaliknya organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari
perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya
kemampuan pelestarian diri atau self perpetuation. Dan kemampuan ini
adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan
yang lain, yaitu adanya suatu kerja sama antara organisme sehingga akan
membentuk koloni. Dengan alasan yang sam pula terjadilah gejala perkembangan
menuju ke arah pembentukan organisme bersel banyak.Hal ini ditambah pula dengan
keharusan beradaptasi terhadap lingkungannya. Kemudian berkembanglah apa yang
dinamakan organisme bersel banyak yang seperti halnya organisme multiseluler,
organisme multiseluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisme lainnya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Makhluk
hidup di dunia ini sangat beragam.Keanekaragam makhluk hidup disebut dengan
keanekaragaman hayati. Makhluk hidup adalah suatu organisme yang
dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat
berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya. Makhluk hidup merupakan
suatu subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Makhluk hidup mempunyai
ciri-ciri seperti: bergerak, melakukan metabolisme, mempertahankan
jenisnya/hidupnya, tanggap terhadap rangsang, memerlukan makanan, bernafas,
tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, mampu beradaptasi, dan
mengeluarkan zat sisa. Adapun faktor yang mempengaruhi persebaran
organisme/makhluk hidup yaitu lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat
fisik.
Saran
Penulis
berharap agar makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembacanya tentang
keanekaragam makhluk hidup dan pesebarannya. Harapan yang paling utama yaitu
bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tumbuhan
dan hewan yang ada di bumi ini, terlebih yang ada di sekitar lingkungan kita, dengan
begitu keanekaragam makhluk hidup akan terjaga pelestariannya.
REFERENSI
1. Purnama, Heri. 1997. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka
Cipta:Jakarta
2.http://bulbemblog.blogspot.com/2017/06/makalah-keanekaragaman-makhluk-hidup.html (diakses pada tanggal 24 Oktober 2018, pukul 11.00)
(diakses pada tanggal 23 Desember
2018 , pukul 05.35)
(diakses pada tanggal 23 Desember
2018 , pukul 05.28)
(diakses pada tanggal 23 Desember
2018 , pukul 05.40)
(diakses pada tanggal 23 Desember 2018 , pukul 05.45)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar